Berkesempatan menjadi salah satu tim penulis Panduan Investasi Lestari, ASYX melalui Koalisi Ekonomi Membumi mendorong adanya potensi untuk meningkatkan kesempatan bagi setiap pelaku usaha, sehingga dapat meningkatkan investasi di Indonesia. Melalui empat cakupan diantaranya ekonomi, lingkungan, sosial, dan tata kelola yang dijabarkan melalui 25 indikator melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Penyusunan Panduan Investasi Lestari diharapkan bisa membantu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif agar terlaksananya pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia yang maju.
Kegiatan ini dibuka oleh penyampaian dari Rebeca Grynspan, selaku Secretary General UNCTAD bahwa pelaksanaan kompendium merupakan pilihan yang tepat untuk dilaksanakan ketika dunia berada dalam berbagai kesenjangan yang dapat mempengaruhi margin negara untuk berinvestasi. Kompendium berupaya untuk membantu para pembuat kebijakan, tidak hanya dalam mempromosikan investasi dalam pembangunan berkelanjutan, tetapi juga mempromosikan jenis investasi yang tepat untuk pembangunan berkelanjutan yang menghadirkan pembangunan yang berkeadilan teguh serta inklusif bagi semua.
Dalam kesempatan ini, Koalisi Ekonomi Membumi yang diwakili oleh Gita Syahrani (Lingkar Temu Kabupaten Lestari), Lishia Erza (ASYX/KADIN/APINDO), Rangga Dwiyandra Putra (Swadaya), Nur Maliki Afriandi (CDP), dan Nadya Pratiwi (Nasi Peda Pelangi/Beras Baik Movement) menyerahkan Panduan Investasi Lestari kepada Bapak Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala BKPM Republik Indonesia sebagai bentuk dukungan koalisi yang menginginkan adanya perkembangan ekonomi Indonesia ke arah lestari dan berkelanjutan.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan penyampaian yang dilakukan oleh Bahlil Lahadalia membahas mengenai kondisi geopolitik secara global. Dikatakan bahwa meskipun ekonomi global cenderung mengkhawatirkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki peningkatan yang semula meningkat hingga 3,69% pada tahun 2021 menjadi 5,72% pada Triwulan III tahun 2022. Faktor pendorong dari kenaikan angka ini terletak pada investasi, sehingga perlu diperhatikan guna untuk menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan daya saing, serta meningkatkan pendapatan negara.
"Penyusunan Panduan seperti ini pertama kali terjadi sejak negara ini merdeka. Dan ini kontribusinya bukan hanya untuk Negara Pertiwi, tetapi juga negara Luar Negeri, terutama negara-negara G20." - Bahlil Lahadalia